Sabtu, 26 Desember 2009

TEORI KEPEMIMPINAN

TEORI KEPEMIMPINAN
a. Teori X dan Y (Douglas McGrager)
Gaya kepemimpinan seseorang berdasarkan pada beberapa asumsi dan apa yang memotivasi mereka. McGrager (1967) menentuan dua perangkat asumsi atau pendapat bipolar yang cenderung dipakai oleh para pemimpin mengenai orang lain. Kedua jenis asumsi itu disebut teori X dan Y.
Teori X
Asumsi teori X tampaknyaditurunkan dari pendapat mengenai manusia sebagai suatu mesin, yang amat memerlukan pengendalian dari luar. Asumsi teori X secara ringkas sebagai berikut:
1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa pekerjaan adalah sesuatu hal yang tidak menyenangkan dan berusaha untuk menghindarinya.
2. Kebanyakan orang lebih suka diperintah dan seringkali harus dipaksa untuk melakukan pekerjaan mereka.
3. Kebanyakan orang tidak ambisius, tidak ingin maju dan tidak menginginkan tanggung jawab.
4. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan akan rasa aman.
5. Kebanyakan orang harus dikendalikan dengan ketat dan tidak mampu menyelesaikan masalah dalam organisasinya.
Tampaknya cukup beralasan untuk mengatakan bahwa seorang pemimpin yang berpegang pada teori X akan menganggap orang sebagai suatu alat produksi, dimotivasikan oleh ketautan akan hukuman atau oleh kebutuhannya akan uang dan rasa aman. Pemimpin yang memandang pegawai dengan cara yang seperti ini, cenderung mengawasi mereka dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan dengan keras dan menggunakan ancaman hukuman, sebagai alat untuk memotivasi mereka.




Teori Y
Asumsi teori Y cenderung berasal dari pendapat megenai manusia sebagai orgaisme biologis yang tumbuh, berkembang dan melakukan pengendalian terhadap diri mereka sendiri. Asumsi teori Y secara ringkas sebagai berikut:
1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang ilmiah seperti bermain. Bila pekejaan tidak menyenangkan mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam organisasi.
2. Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan dilakukan dengan baik.
3. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk diterima lingkungan, mendapat pengakuan dan merasa berprestasi, seperti juga oleh kebutuhan mereka akan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok dan rasa aman.
4. Kebanyakan orang ingin meneima dan baha menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka memperoleh bimbingan, pengelolaan dan kepemimpinan yang tepat.
5. Kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam organisasi.
Pemimpin yang mendasar tindakannya atau gayanya pada teori Y beranggapan bahwa pegawai mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam. Mereka percaya bahwa tugas mereka adalah mengatur dan mengelola sehingga baik organisasi maupun pegawai dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam teori Y, pemimpin berasumsi bahwa tujuan perorangan dan tujuan organisasi brjalan selaras. Namun beberapa bukti menyatakan bahwa kedua-duanya tidak dapat dicapai dalam konteks organisasi. Bebrapa tujuan pribadi dan beberapa tujuan organisasi mungkin bertentangan. Namun pemimpin yang menerima asumsi teori Y bekerja bersama-sama pegawai untuk berperan serta, dan mencoba untuk mewujudkan peningkatan.

Teori 4 sistem Likert
Likert dalam Stoner (1978) menyatakan bahwa dalam model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat system, yaitu system otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif dan partisipatif. Penjelasan dari keempat system tersebut adalah seperti yang disajikan pada bagian berikut ini:
 System Otoriter (Sangat Otokratis). Dalam system ini, pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan cenderung menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam system adalah saling curiga satu sama lainnya.
 System Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik). Perbedaan dengan system sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu pimpinan dalam system ini juga sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja denganbaik. Namun demikian, pada system ini pun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan.
 System Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada system itu dicirikan adanya pola komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cenderung lebih bersifat mendukung. Selain itu system kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.
 System Partisipatif. Pada system ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam system ini pun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluuh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar